Pasca Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Prof. Dr. H. Asa’ari, M.Ag Ucapkan Terima Kasih

KERINCI,JAMBIHARIINI – Pasca Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Prof. Dr. H Asa’ari, M. Ag dan Prof . Dr. Hj Wisnarni, M. PdI Ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Pemerintah Republik Indonesia, Jum’at (23/2/2024).

“Terima kasih kepada kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo, melalui Menteri Agama RI, H. Yaqut Cholil Qaumas, Sekjen Kementerian Agama RI, Dirjen Pendididikan Islam, Direktur PTKI, Kasubdit Ketenagaan Diktis yang sekarang dijabat oleh Muhammad Aziz Hakim, S.H., M.H. dan pejabat sebelumnya Dr. Ruchman Bashori, M.Ag (sekarang telah dipromosikan menjadi Irwil III) pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI”,ucap Asa’ari.

terima kasih juga kepada Keluarga Besar Kementerian Agama RI secara keseluruhan, rekan dan Sahabat saya para Rektor/Ketua (Pimpinan) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), Ketua dan anggota Senat IAIN Kerinci, atas dukungan (suport), motivasi, dan do’anya,suport dan doa dari istri saya yang pada akhirnya telah mengantarkan saya menjadi salah seorang Guru Besar (Profesor) diantara 959 orang profesir dilingkungan Kementerian Agama RI (yang ada saat ini).

Spesial kepada Yth. Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdani, S.T.P., M.T., (Dirjen Pendis), Prof. Dr. H. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag (Direktur Diktis), Dr. Muhammad Aziz Hakim, S.H., M.H., (Kasubdit Ketenagaan Diktis) yang hadir langsung pada prosesi “sakral” akademik pengukuhan Guru Besar di IAIN Kerinci, “Sakral”, karena ini (mungkin) terjadi hanya sekali dalam hidup saya.

Lebih lanjut profesor Asa’ari menjelaskan bahwa sesungguhnya menjadi Guru Besar di Kementerian Agama RI itu prosesnya tidak mudah,tidak semudah yang dibayangkan, berat dan sulit,Penilaiannya “njelimet” alias sangat teliti dan rumit.

“Saya sama sekali tidak bermaskud memberi kesan yang macam- macam, apalagi menakut-nakuti dosen atau doktor-doktor muda kandidat Guru Besar, tapi lebih pada mengingatkan agar selalu menjaga loyalitas, kedisiplinan dan kinerja, sikap dan etitud, produktifitas ilmiyah, dan yang lebih penting lagi konsisten dengan ideologi, dan paham keagamaan yang wasathiyah (toleran dan moderat) sehingga busa membawa kesejukan bagi masyarakat, perekat persatyan bangsa, dan bukan sumber kegelisahan dan perpecahan,”jelas Asa’ari. (Ham)