Dr. Noviardi Ferzi, SE. MM
Direktur Media Center FU – SN
Pilkada dalam kacamata awam, diartikan secara praktis sebagai ajang untuk menguji kekuatan finansial dan adu popularitas. Lalu kemudian menjelma sebagai ajang adu gengsi, nama besar, dan pertaruhan marwah partai politik.
Dalam politik hal yang amat biasa ketika petahana di serang, apalagi Pilgub Jambi kali ini para penantang hadir dengan percaya diri, gesit dan tentunya memiliki kekuatan dan basis massa. Hingga jika penantang yakin dapat mengalahkan political power Petahana suatu hal yang logis.
Beberapa waktu lalu hingga tiba hari ini, para penantang tak merasa phobia atas kedigdayaan Petahana. Setidaknya narasi itu terus dikembangkan hingga kini ? Namun jangan salah ! Fachrori Umar tetaplah calon yang berpengalaman, memiliki modal politik yang kuat dan kekuatan tak terduga, sebagai contoh dalam perebutan ” perahu ” kemarin lalu. Sang petahana yang di anggap tak berdaya, justru bisa membalik persepsi tak berdaya.
Kini dengan waktu satu bulan tersisa
Petahana terbukti menjadi momok bagi Penantang. Ketakutan yang merujuk pada political power yang tak bisa dianggap remeh.
Dalam benak penantang kesiapan finansial, jaringan dan kendali kekuasaan petahana berpotensi menguasai banyak lini, bahkan cenderung membuka peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan. Sebuah analisa yang menurut saya benar meski tidak berlaku bagi seorang Bang Fuk.
Dikatakan tak berlaku, karena Fachrori Umar bukanlah politisi kebanyakan yang pola pikirnya juga rata – rata yang seperti yang diduga, ia mengerti tapi tak ia lakukan tentang manajemen birokrasi yang menempatkan “orangnya” pada posisi strategis, melakukan intimidasi pada perangkat pemerintahan, karena sekali lagi Fachrori Umar justru kekuatannya bukan seperti yang mereka asumsikan.
Kekuasaan bagi putra Bebeko Kabupaten Bungo ini merupakan rahmat dan mandat religius, yang dalam mengembannya dituntut tanggung jawab dan amanah utuh semata mengharap ridho Tuhan Yang Esa, Allah SWT. Sehingga jika lawannya berfikir seperti mereka berfikir, mereka sudah melakukan kesalahan pertama dalam ilmu perang Tsun Tzu, kenalilah lawanmu sebaik mungkin, maka seribu perang akan kau menangkan.
Lalu apa sebenarnya kekuatan beliau sebagai Petahana ?? Tak lain tak bukan berupa kemampuan diri untuk berpikir secara jernih, tenang dengan segala situasi, dengan gaya inilah Fachrori mampu mengorganisir dukungan yang kuat.
Bermodal instrumen kekuasaan yang ada, Fachrori justru tertarik masuk dalam ruang-ruang substansi persoalan, meski dengan narasi yang sederhana dan retorika yang biasa, ia mengorganisir dengan rapi, dan hadir dengan visi membangun yang terarah juga berangkat dari niat tulus melayani. Disinilah terkadang keajaiban terjadi, tentu bukan dengan jalan berpangku tangan, ia bergerak dengan cara dan polanya sendiri.
Ya sebagaimana Visi Jambi Berkah yang kuat dan sarat makna, Fachrori seolah memiliki gaya politik tersendiri. Dengan gayanya pula ia menarik dukungan masyarakat yang besar. Dalam politik dukungan masyarakat adalah kekuatan yang tidak terkalahkan.
Terakhir, terlepas dari segala pergulatan narasi antara Fachrori dan para penantangnya, FU justru hadir mengakomodasi kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. Orang kini percaya beliau memiliki visi dan misi terarah, berada pada jalur yang benar demi negeri Jambi. Tentulah dengan kejujuran, keikhlasan serta kebaikannya. Insya Allah.